Kamis, 11 Juni 2015

PRASYARAT WACANA


PRASYARAT WACANA

A.  Hakikat Wacana
Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi., hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat terbentuk lisan atau pun tulisan.
Istilah wacana berasal dari kata Sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Henry Guntur Tarigan (1987: 27) menjelaskan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kaliat, memiliki kihesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Sedangkan, Abdul Chaer (1994:267) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dikatakan lengkap karena terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca dan pendengar tanpa keraguan apapun. Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyratan kewacaan lainnya (syrat kekohesian dan kekoherensian).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan gramatikal yang tertinggi, terlengkap dan terbesar dari frase, klausa atupun kalimat yang di dalamnya memiliki kohesi dan koherensi yang  jelas serta saling berkesinambungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, sehingga wacana tidak hanya dapat disampaikan dengan cara tulisan tetapi juga dapat disampaikan dengan cara lisan.    
B.  Prasyarat Kewacanaan
Di dalam sebuah wacana tentunya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika membuat suatu wacana. Syarat-syarat tersebut dapat membuat sebuah wacana itu lebih hidup dan lebih dipamahi baik oleh pembaca maupun pendengar .
1.    Topik
Topik merupakan suatu pokok dari sebuah pembicaraan atau sesuatu yang akan menjadi landasan dalam penulisan sebuah wacana. Di dalam menentukan sebuah topik tentunya kita juga harus memperhatikan beberapa syarat, syarat-syarat tersebut antara lain :
a.    Topik yang dipilih harus menarik perhatian,
b.    Dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca,
c.    Topik yang dipilih harus mempunyai sumber acuan yang jelas atau real.
2.    Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino (1988:34)  menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Menurut Anton M. Moelino, dkk ( 1987:96) untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur lainnya.
 Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan, kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
Kohesi gramatikal dibagi menjadi beberapa bagian yang meliputi:
A.  Referensi (pengacuan)
Referensi merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi terbagi atas:
1.    Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana.
2.    Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi atas:
a.    Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu yang sebelah kiri.
b.    Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu yang sebelah kanan.
Di lihat dari klasifikasinya, referensi terbagi atas:
1.    Referensi persona yaitu pengacuan satual lingual berupa pronomina atau kata ganti orang. Contoh: Firdaus, kamu harus mandi.

Tunggal
Jamak
Persona pertama
Aku, saya
Kami, kita
Persona kedua
Kamu, engkau, anda
Kalian, kami sekalian
Persona ketiga
Dia, ia, beliau
Mereka

2.    Referensi demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata : kini, sekarang, saat ini, di sini, di situ, ini, itu, dan sebagainya.
3.    Referensi interogatif yaitu pengacuan satuan lingual berupa kata tanya.
4.    Referensi komparatif yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk membandingkan satual lingual lain.
B.  Substitusi ( penggantian)
Substitusi diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk  memperoleh unsur pembeda. Substitusi dilihat dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas:
1.    Substitusi nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata benda
2.    Substitusi verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata kerja.
3.    Substitusi frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa frasa.
4.    Substitusi klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa klausa

C.  Elipsis (pelesapan)
Elipsis adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya. Adapun fungsi dari elipsis yaitu:
1.    Untuk efektifitas kalimat
2.    Untuk mencapai nilai ekkonomis dalam pemakaian bahasa
3.    Untuk mencapai aspek kepaduan wacana
4.    Untuk mengaktifkan pikiran pendengar atau pembaca terhadap sesuatu yang di ungkapkan dalam satuan kata.
D.  Konjungsi (perangkaian)
Konjungsi adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf. Macam-macam konjungsi sebagai berikut:
1.    Sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya. Konjungsi yang digunakan antara lain: karena, sebab, makanya, sehingga, oleh arena itu, dengan demikian dan sebagainya.
2.    Pertentangan
Hubungan pertentangan terjadi apabila ada dua ide atau proposisi yang menunjukkan kebalikan atau kekontrasan. Konjungsi yang digunakan yaitu tetapi dan namun.
3.    Kelebihan atau eksesif
Hubungan eksesif digunakan untuk menyatakan kelebihan, ditandai dengan konjungsi malah.
4.    Perkecualian atau eksepsif
Hubungan eksepsif digunakan untuk menyatakan pengecualian, ditandai dengan konjungsi kecuali.
5.    Tujuan
Hubungan tujuan terjadi sebagai pewujudan untuk menyatakan tujuan yang ingin dicapai. Konjungsi yang digunakan yaitu: agar dan sehingga
6.    Penambahan atau aditif
Penambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Konjungsi yang digunakan yaitu: dan, juga, serta, selain itu.
7.    Pilihan atau alternatif
Pilihan digunakan menyatakan pilihan antara dua hal. Konjungsi yang digunakan yaitu atau dan apa.
8.    Harapan atau optatif
Konjungsi harapan digunakan untuk menyatakan harapan yang ingin dicapai. Konjungsi yang digunakan yaitu semoga, moga-moga.
9.    Urutan atau sekuential
Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan kesejajaran atau urutan waktu. Konjungsi yang digunakan yaitu setelah itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula.
10.     Syarat
Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan syarat. Konjungsi yang digunakan yaitu: apabila dan jika.
11.     Cara
Merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan cara. Konjungsi yang digunakan yaitu: dengan cara.

Yang selanjutnya adalah kohesi leksikal. Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata. Kohesi leksikal meliputi :
A.  Pengulangan atau repetisi
Repetisi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif antar kalimat. Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
B.  Sinonimi
Sinonimi merupakan persamaan makna kata.
C.  Antonim
Antonim merupakan perlawanan kata
D.  Hiponim
Hiponim merupakan sebuah pernyataan yang berpola umum-khusus.
E.  Kolokasi
Kolokasi merupakan sebuah pernyataan yang berpola khusus-umum.
F.   Ekuivalensi
Ekuivalensi merupakan kesejajaran dalam sebuah kalimat.
Pada kondisi tertentu, unsure-unsur kohesi menjadi kontributor penting bagi terbentuknya wacana yang koheren ( Halliday dan Hassan, 1976 dalam Gunawan Budi Santosa, 1998:28. Dengan kata lain, srtuktur wacana yang baik dan utuh harus memiliki syarat-syatar kohesi sekaligus koherensi.
3.    Koherensi
Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978 : 25). Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh. Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
1.    Penambahan
Sarana penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula, selanjutnya
2.    Repetisi
Penggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana,
3.    Pronomina
Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang
4.    Sinonimi
Pada contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi wacana yang berupa sinonimi atau padanan kata (pengulangan makna).
Memang dia mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas kelak dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan. 
5.    Totalitas Bagian
Kadang-kadang, pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan yang berpola umum-khusus.
6.    Komparasi
Komparasi atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda.
7.    Penekanan
Dengan sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana. Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting
8.    Kontras
Juga dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan karyanya
9.    Simpulan
Dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana.
10.      Contoh
Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan kekoherensifan wacana
11. Paralelisme
Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
12. Waktu
Kata-kata yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan kekoherensifan wacana.











1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino | Cherokee, NC | Boyd Gaming
    A casino located on the Qualla Boundary 벳인포 in Cherokee, bet365 es North Carolina. 야동 사이트 순위 Cherokee casino hotel. Located in the mountains. 7 포커 Rating: 4.1 · ‎1,856 reviews · ‎Price range: 강원랜드후기 $

    BalasHapus