PRASYARAT WACANA
A.
Hakikat Wacana
Kata wacana adalah
salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi., hak asasi
manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan,
kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa yang digunakan
tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari
kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak
dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi,
politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
Wacana merupakan satuan
bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks
sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana
dapat terbentuk lisan atau pun tulisan.
Istilah wacana
berasal dari kata Sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Henry Guntur
Tarigan (1987: 27) menjelaskan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling
lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kaliat, memiliki kihesi dan koherensi
yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat
disampaikan secara lisan atau tertulis. Sedangkan, Abdul Chaer (1994:267)
menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, sehingga dalam
hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana
dikatakan lengkap karena terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh,
yang bisa dipahami oleh pembaca dan pendengar tanpa keraguan apapun. Wacana
dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat-kalimat
yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyratan kewacaan lainnya (syrat
kekohesian dan kekoherensian).
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan gramatikal yang tertinggi, terlengkap
dan terbesar dari frase, klausa atupun kalimat yang di dalamnya memiliki kohesi
dan koherensi yang jelas serta saling
berkesinambungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, sehingga
wacana tidak hanya dapat disampaikan dengan cara tulisan tetapi juga dapat
disampaikan dengan cara lisan.
B.
Prasyarat Kewacanaan
Di dalam sebuah
wacana tentunya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika membuat suatu
wacana. Syarat-syarat tersebut dapat membuat
sebuah wacana itu lebih hidup dan lebih dipamahi baik oleh pembaca maupun
pendengar .
1.
Topik
Topik merupakan suatu pokok dari sebuah pembicaraan atau
sesuatu yang akan menjadi landasan dalam penulisan sebuah wacana. Di dalam
menentukan sebuah topik tentunya kita juga harus memperhatikan beberapa syarat,
syarat-syarat tersebut antara lain :
a. Topik
yang dipilih harus menarik perhatian,
b. Dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca,
c. Topik
yang dipilih harus mempunyai sumber acuan yang jelas atau real.
2.
Kohesi
Kohesi dalam wacana
diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal.
Anton M. Moelino (1988:34) menyatakan
bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep
kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya unsur-unsur wacana
(kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secara padu dan utuh. Menurut Anton M. Moelino, dkk ( 1987:96)
untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus
kohesif. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana
dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur
lainnya.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi
gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk
sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan, kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk
sesuai dengan kata.
Kohesi gramatikal dibagi menjadi
beberapa bagian yang meliputi:
A.
Referensi (pengacuan)
Referensi merupakan pengacuan satuan
lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi
terbagi atas:
1. Referensi eksofora yaitu pengacuan
satuan lingual yang berada di luar teks wacana.
2. Referensi endofora yaitu pengacuan satuan
lingual yang berada di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi atas:
a. Referensi anaphora yaitu pengacuan
satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu yang sebelah kiri.
b. Referensi katafora yaitu pengacuan
satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu yang sebelah kanan.
Di
lihat dari klasifikasinya, referensi terbagi atas:
1. Referensi persona yaitu pengacuan satual
lingual berupa pronomina atau kata ganti orang. Contoh: Firdaus, kamu harus mandi.
Tunggal
|
Jamak
|
|
Persona
pertama
|
Aku,
saya
|
Kami,
kita
|
Persona
kedua
|
Kamu,
engkau, anda
|
Kalian,
kami sekalian
|
Persona
ketiga
|
Dia,
ia, beliau
|
Mereka
|
2. Referensi demonstrasi yaitu pengacuan
satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata : kini,
sekarang, saat ini, di sini, di situ, ini, itu, dan sebagainya.
3. Referensi interogatif yaitu pengacuan
satuan lingual berupa kata tanya.
4. Referensi komparatif yaitu pengacuan
satual lingual yang dipakai untuk membandingkan satual lingual lain.
B.
Substitusi ( penggantian)
Substitusi diartikan
sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana
untuk memperoleh unsur pembeda.
Substitusi dilihat dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas:
1. Substitusi nominal yaitu penggantian
satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata benda
2. Substitusi verbal yaitu penggantian
satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata kerja.
3. Substitusi frasa yaitu penggantisn
satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa frasa.
4. Substitusi klausal yaitu penggantian
satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa klausa
C.
Elipsis (pelesapan)
Elipsis adalah
pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya. Adapun
fungsi dari elipsis yaitu:
1. Untuk efektifitas kalimat
2. Untuk mencapai nilai ekkonomis dalam
pemakaian bahasa
3. Untuk mencapai aspek kepaduan wacana
4. Untuk mengaktifkan pikiran pendengar
atau pembaca terhadap sesuatu yang di ungkapkan dalam satuan kata.
D.
Konjungsi (perangkaian)
Konjungsi adalah kohesi
gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure
yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf. Macam-macam
konjungsi sebagai berikut:
1.
Sebab-akibat
Hubungan sebab-akibat
terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan penyebab terjadinya suatu
kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya. Konjungsi yang
digunakan antara lain: karena, sebab, makanya, sehingga, oleh arena itu, dengan
demikian dan sebagainya.
2.
Pertentangan
Hubungan pertentangan
terjadi apabila ada dua ide atau proposisi yang menunjukkan kebalikan atau
kekontrasan. Konjungsi yang digunakan yaitu tetapi dan namun.
3.
Kelebihan atau eksesif
Hubungan eksesif
digunakan untuk menyatakan kelebihan, ditandai dengan konjungsi malah.
4.
Perkecualian atau eksepsif
Hubungan eksepsif
digunakan untuk menyatakan pengecualian, ditandai dengan konjungsi kecuali.
5.
Tujuan
Hubungan tujuan terjadi
sebagai pewujudan untuk menyatakan tujuan yang ingin dicapai. Konjungsi yang
digunakan yaitu: agar dan sehingga
6.
Penambahan atau aditif
Penambahan berguna
untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya
digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Konjungsi yang digunakan
yaitu: dan, juga, serta, selain itu.
7.
Pilihan atau alternatif
Pilihan digunakan
menyatakan pilihan antara dua hal. Konjungsi yang digunakan yaitu atau dan apa.
8.
Harapan atau optatif
Konjungsi harapan
digunakan untuk menyatakan harapan yang ingin dicapai. Konjungsi yang digunakan
yaitu semoga, moga-moga.
9.
Urutan atau sekuential
Merupakan proposisi
yang menunjukkan suatu hubungan kesejajaran atau urutan waktu. Konjungsi yang
digunakan yaitu setelah itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula.
10.
Syarat
Merupakan proposisi
yang menunjukkan suatu hubungan syarat. Konjungsi yang digunakan yaitu: apabila
dan jika.
11.
Cara
Merupakan proposisi
yang menunjukkan suatu hubungan cara. Konjungsi yang digunakan yaitu: dengan
cara.
Yang selanjutnya adalah kohesi leksikal. Kohesi
leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata. Kohesi leksikal meliputi :
A.
Pengulangan
atau repetisi
Repetisi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif
antar kalimat. Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
B.
Sinonimi
Sinonimi merupakan persamaan makna kata.
C.
Antonim
Antonim merupakan perlawanan kata
D.
Hiponim
Hiponim merupakan sebuah pernyataan yang berpola umum-khusus.
E.
Kolokasi
Kolokasi merupakan sebuah pernyataan yang berpola khusus-umum.
F.
Ekuivalensi
Ekuivalensi merupakan kesejajaran dalam sebuah kalimat.
Pada kondisi tertentu, unsure-unsur kohesi menjadi kontributor
penting bagi terbentuknya wacana yang koheren ( Halliday dan Hassan, 1976 dalam
Gunawan Budi Santosa, 1998:28. Dengan kata lain, srtuktur wacana yang baik dan
utuh harus memiliki syarat-syatar kohesi sekaligus koherensi.
3.
Koherensi
Koherensi adalah
pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu
untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl, 1978
: 25). Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh. Yang
termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
1.
Penambahan
Sarana
penghubung yang berupa penambahan itu antara lain: dan, juga, lagi pula,
selanjutnya
2. Repetisi
Penggunaan
repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana,
3. Pronomina
Sarana penghubung yang
berupa kata ganti orang
4.
Sinonimi
Pada
contoh berikut ini terlihat penggunaan sarana koherensi wacana yang berupa
sinonimi atau padanan kata (pengulangan makna).
Memang
dia mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi
bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas kelak
dijadikan istri, teman hidup
selama hayat dikandung badan.
5. Totalitas
Bagian
Kadang-kadang,
pembicaraan kita mulai dari keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau
memperkenalkan bagian-bagiannya. Totalitas bagian bisa diartikan pernyataan
yang berpola umum-khusus.
6. Komparasi
Komparasi
atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana.
Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda.
7. Penekanan
Dengan
sarana penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana.
Penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting
8. Kontras
Juga
dengan kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan
karyanya
9. Simpulan
Dengan
kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan
kekoherensifan wacana.
10.
Contoh
Dengan
pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan
kekoherensifan wacana
11. Paralelisme
Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam
satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat
objek, atau yang lain.
12. Waktu
Kata-kata
yang mengacu pada tempat dan waktu pun dapat meningkatkan kekoherensifan wacana.
Harrah's Cherokee Casino | Cherokee, NC | Boyd Gaming
BalasHapusA casino located on the Qualla Boundary 벳인포 in Cherokee, bet365 es North Carolina. 야동 사이트 순위 Cherokee casino hotel. Located in the mountains. 7 포커 Rating: 4.1 · 1,856 reviews · Price range: 강원랜드후기 $