ANALISIS
WACANA BERDASARKAN TEORI TEUN A. VAN DIJK
A.
Definisi Wacana dan Analisis Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa
berdasarkan kata yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial.
Satuan bahasa itu merupakan deretan kata atau ujaran. Wacana dapat berbentuk
lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam
peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis,
wacana dapat dlihat sebagai hasil dari pengungkapan idea/gagasan penyapa.
Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis
wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang
digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
Bagaimana Terbentuknya Wacana.
Penggunaan bahasa berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun
wacana dapat berupa satu kata atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kata
atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan
(unity) dan kepaduan (coherent). Wacana dikatakan utuh apabila kata-kata dalam
wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana
dikatakan padu apabila kata-katanya disusun secara teratur dan sistematik
sehingga menunjukkan kebenaran ide yang diungkapkan. Analisis wacana di dalam ilmu
komunikasi bersumber dari pemikiran Marxis Kritis. (Stephen W. Littlejohn,
2002; Stanley J. Baran and Denis K. Davis, 2000). Ada tiga aliran pemikiran
yang termasuk ke dalam kategori ini, iaitu: (1). Aliran Frankfurt (Frankfurt
School); (2). Pengajian Budaya (Cultural Studies); (3). Pengajian Wanita
(Feminist Study). (Stephen W. Littlejohn, 2002).
Istilah analisis wacana adalah
istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai
pengertian. Meskipun ada gradasi yang besardari berbagai definisi, titik
singgungnya adalah analisis wacanaa berhubungan dengan studi mengenai
bahasa/pemakaian bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana?
Disini ada beberapa perbedaan pandangan. Mohammad A. S. Hikam dalam suatu
tulisannya telah membahas dengan baik perbedaan paradigma analisis wacanaa
dalam melihat bahasa ini yang akan diringkas sebagai berikut.Paling tidak ada
tiga pandangan mengeneai bahasa dalam analisis wacanaa. Pandangan pertama
diwakili oleh kaum positivme-empiris. Oleh kaum ini , bahasa dilihat sebagai
jembatan antara manusia dengan objek diluar dirinya. Pengalaman-pengalaman
manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa
tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan
memakaipenyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan
pengalaman empiris.
B.
Teori Kognisi Sosial Teun A. Van Djik
Dari begitu banyak model analisis
wacana yang diintoduksikan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, model van Dijk
adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin disebabkan karena van
Dijk menformulasikan elemen-elemen wacana, sehingga bisa dipakai secara
praktis. Model yang dipakai oleh van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi
sosial” (Eriyanto 2001:221). Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak
cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari
suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga
bagaimana suatu teks diproduksi. Proses produksi itu melibatkan suatu proses
yang disebut sebagai kognisi sosial. Teks dibentuk dalam suatu praktik
diskursus, suatu praktik wacana. Di sini ada dua bagian, yaitu teks yang mikro
yang merepresentasikan suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen besar
berupa struktur sosial. van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan
elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro
dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut
mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan bagaimana proses teks tersebut
diproduksi oleh wartawan/ media, di sisi lain ia menggambarkan nilai-nilai
masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan dan akhirnya
digunakan untuk membuat teks berita (Eriyanto 2001:222).
Dalam buku Eriyanto, Van Dijk
melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada
dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran dan kesadaran membentuk dan
berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai
tiga dimensi/ bangunan : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti
analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam
satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang pertama, yang diteliti adalah
bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu
tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita
yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari
bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Ketiga
dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama
dalam analisis Van Dijk (Eriyanto 2001:225).
Ø Teks
Van Dijk membagi struktur teks ke
dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur
makro. Ini merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati
dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan
struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka atau skema suatu teks,
bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga,struktur
mikro adalah makna wacana
yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat,
parafrase dan lain-lain.
Meskipun terdiri atas berbagai
elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan
mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh
kerangka teks dan baru kemudian pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Kita
bisa membuat pemberitaan tentang demonstrasi mahasiswa terhadap isu kenaikan
BBM. Misalnya, Koran A mengatakan bahwa aksi ini terjadi karena kekecewaan
mahasiswa dan masyarakat terhadap kenaikan harga BBM semata tanpa ada motif
atau tuntutan yang lain.
Tema ini akan didukung dengan
skematik tertentu. Misalnya dengan menyusun cerita yang mendukung gagasan
tersebut. Media tersebut juga akan menutupi fakta tertentu dan hanya akan
menjelaskan peristiwa itu semata pada masalah BBM. Pada tingkat yang lebih
rendah, akan dijumpai pemakaian kata-kata yang menunjuk dan memperkuat pesan
bahwa demonstrasi tersebut semata kasus kenaikan harga. Semua teks dipandang
van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai sebuah piramida.
Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang
dipakai. Pernyataan atau tema pada level umum didukung oleh pilihan kata,
kalimat, atau retorika tertentu. Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika
tertentu oleh media dipahami van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan.
1.
Struktrur
makro (thematic structure)
Struktur makro merupakan makna global sebuh teks yang
dapat dipahami melalui topiknya. Topik direpresentasikan ke dalam suatu atau
beberapa kalimat yang merupakan gagasan utama/ide pokok wacana. Topik juga dikatakan
sebagai “semantic macrostructure” (van Dijk, 1985:69).
Makrostruktur ini dikatakan sebagai semantik karena ketika kita berbicara
tentang topik atau tema dalam sebuah teks, kita akan berhadapan dengan makna
dan refrensi.
2.
Superstruktur
(superstructure)
Superstruktur
merupakan struktur yang digunakan untuk mendeskripsikansehemata, di
mana keseluruhan topik atau isi global berita diselipkan. Superstruktur ini
mengorganisikan topik dengan cara menyusun kalimat atau unit-unit beritanya
berdasarkan urutan atau hiraki yang diinginkan. Teks
atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir.
Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan
diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema
yang beragam, berita umumnya mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang biasanya ditandai dengan dua
elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang
paling penting. Judul umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh
wartawan dalam pemberitaannya. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa
yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan.
Isi berita ini juga mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa situasi
yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang
ditampilkan dalam teks.
3. Struktur
Mikro
Struktur mikro adalah struktur wacana itu sendiri yang
terdiri atas beberapa elemen, yaitu:
1) Elemen
sintaksis
Elemen sintaksis merupakan salah satu elemen penting
yang dimaanfaatkan untuk mengimplikasikan ideologi. Dengan kata lain, melalui
struktur sintaksis tertentu, pembaca dapat menangkap maksud yang ada dibalik
kalimat-kalimat dalam berita. Melalui struktur sintaksis, wartawan dapat
menggambarkan aktor atau peristiwa tertentu secara negafit maupun posifit.
a. Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarakata,
atau kalimat dalam teks, Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda
dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.
b. Koherensi
Kondisional
Koherensi Kondisianal diantaranya ditandai dengan
pemakian anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua kalimat,di mana kalimat
kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan
dengan kata hubung konjungsi, seperti “yang” atau “dimana”. Kalimat kedua
fungsinya hanya sebagai penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak anak
kalimat itu,tidak akan mengurangi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin
kepentingam komunikator karena ia dapat memberi keterangan yang baik/buruk
terhadap suatu pertanyaan.
c. Koherensi
pembeda
Jika koherensi kondisional berhubungan dengan
pertanyaan bagaimana dua peristiwa dihubungkan/dijelaskan. Koherensi pembeda
berhubungan dengan pertanyaan, bagaimana dua buah peristiwa atau fakta itu
hendak dibedakan.
d. Pengingkaran
Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik
wacana yang menggambarkan bagai mana wartawan menyembunyikan apa yang anggin
diekpresikan secara amplisit. Penginakaran ini menunjukkan seolah wartawan
menyetujui sesuatu, pahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau
fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.
e. Bentuk kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan
dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menyatakan
apakah A yang menjelaskan B, atau B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini
jika diperjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan objek (diterangkan) dan
predikat (menerangkan). Bentuk lain adalah dengan pemakian urutan kata-kata
yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Pertam, menekankan atau menghilangkan
dengan penempatan dan pemakian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan
pemakian semantik. Yang juga penting dalam sintaksis selain bentuk kalimat
adalah posisi proposisi dalam kalimat. Bagaiman proposisi-proposisi diatur
dalam satu rangkaian kalimat. Termasuk ke dalam bagian bentuk kalimat ini
adalah apakah berita itu memakai bentuk deduktif atau indukfit. Dedukfit adalah
bentuk penulisan kalimat dimana inti kalimat (umum) ditempatkan di bagian mukak,
kemudian disusul dengan keterangan tambahan (khusus). Sebaliknya, bentuk
induktif adalah bentuk penulisan di mana inti kilimat ditempatkan di akhir
setelah keterangan tambahan.
f. Kata
Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi
bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imanjinatif. Kata ganti merupakan
alat yang dipakai oleh komunikator untuk menujukkan di mana posisi seseorang
dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseoarang dapat menggunakan “kami”
atau “saya” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi
komunikator. Namun, ketika menggunakan kata ganti “kita”, sikap tersebut
sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tersebut.
pemakian kata ganti yang jamak seperti “kita” (atau“kami”)
2) Elemen
Semantik (makna lokal)
Elemen semantik ini sangat erat
hubunganya dengan elemen leksikon dan sintaksis sebab penggunaan leksikon dan
struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat memunculkan makna tertentu.
Berikut ini adalah unsur-unsur wacana yang tergolong ke dalam elemen semantik.
1. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mengpengaruhi
semantik (arti) yang inggin ditampilkan. Latar dapat menjadi alasan pembenar
gagasan yang diajukan dalam suatu teks (Eriyanto, 2006.235). oleh karena itu,
latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud
yang inggin disampaikan oleh wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk
menyediakan dasar hendak ke mana teks dibawah.
2. Detil
Elemen wacana detil berhunungan dengan kontrol
informasi yang ditampilkan seseorang (Eriyanto, 2006: 238). Detil yang lengkap
dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk
menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap itu akan
dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau
kegagalan komunikator.
3. Maksud
Elemen wacana maksud hampir sama dengan detil, hanya
saja elemen maksud meliat informasi yang menguntungkan komunikator akan
diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan
diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.
4. Pranggapan
Elemen wacana pranggapan merupakan pertanyaan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pranggapan adalah upaya mendukung
pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Pranggapan hadir
dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidk perlu dipertanyakan.
3) Elemen
leksikon
Elemen leksikom menyangkut pemilihan diksi. Pemilihan
diksi telah diketahui dapat mengeskspresikan idiologi maupun persuai,
sebagaimana yang terjadi pada “terrorist” dan “freedomfighter”. Bagaimana aktor
yang sama digambarkan dengan dua diksi yang berbeda berimplikasi pada pemahaman
pembaca tenteng aktor tersebut.
4) Elemen
Retorik
Elemen ritorik menyangkut penggunaan repetisi,
alitersi, metafora yang dapat berfungsi sebagai “idiologi control” manakalah
sebuah informasi yang kurang baik tentang aktor tertentu dibuat kurang mencolok
sementara informasi tentang aktor lain ditekankan. Dengan kata lain, retorik
ini digunakan untuk memberi penekanan posifif atau negatif terhadap aktor atau
peristiwa dalam berita.
a. Grafis
Elemem ini merupakan bagian untuk memberikan apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang
dapat diamati dari teks. Dalam berita elemen grafis ini biasanya muncul lewat
bagian tulisan yang dibuat berbeda dibandingkan tulisan lain, seperti pemakian
huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf dengan ukuran lebih
besar,termasuk pemakian caption, raster, grafik, gambar, foto dan tabel untuk
mendukung pesan. Pemakian angka-angka dalam berita diantaranyadigunakan untuk
menyugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dara suatu laporan. Pemakian
jumlah, ukuran statistik menurut Van Dijk (dalam Eriyanto, 2006:258) bukan
semata bagian dari standar jurnalistik, melainkan juga menyugestikan presisi
dari apa yang hendak dikatakan dalam teks.
b. Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya
menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,ungkapan, metafora yang
dimaksudkan sebagian ornamen atau bumbuu dari suatu berita. Akan tetapi,
pemakian metafora tertentu bisa jadi pakian oleh wartawan secara strategi
sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat tertentu kepada
publik. Penggunaan ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur,
kata-kata kuno, bahkan ungkapan ayat suci dipakai untuk memperkuat pesan utama.
Sangat bermanfaat tetapi kurang daftar pustaka
BalasHapusbermanfaat tapi tidak ada referensi
BalasHapusVan Dijk, A Teun. 1988. News As Discource. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publisher.
BalasHapusVan Dijk, A Teun. 1997. Discource Studies: A Multidisciplinary Introduction Volume 1. London: SAGE Publication Ltd.
yang referensi eriyanto itu judul bukunya apa ka??
BalasHapusMembantu tapi syangnya kurang lengkap penjelasannya. Bagian kognisi sosial dan konteks sosial blum dijelaskan secara detail seperti elemen (teks)
BalasHapusArtikel ini sangat berguna bagi para mahasiswa dengan fokus analisis wacana yang sedang berusaha memahami teori yang dikemukakan oleh Van Dijk.
BalasHapusEriyanto, 2009. Analisis Wacana. Pengantar Analisis Teks Media. Cetakan ke-7.Yogyakarta: LKiS
BalasHapus