HAKIKAT
WACANA
2.1. HAKIKAT WACANA
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran
kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial.Satuan bahasa
itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran.Wacana dapat berbentuk lisan
atau tulis . Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa
wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam
komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan
ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan
analisis wacana.Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis
maupun lisan.
Istilah wacana berasal dari kata
sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Wacana merupakan rentetan kalimat
yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proporsi yang
lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di
antara kalimat-kalimat itu. (J.S.Badudu,2000). Sedangkan ( Hawtan,1987 ) wacana
adalah komunikasi kebahasaan yang terlibat sebagai sebuah pertukran diantara
pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya
ditentukan oleh tujuan sosialnya.
Menurut Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah
rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana
adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat
atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan,
yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata. Lebih lanjut, Syamsuddin
(1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian
tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara
teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur
segmental maupun nonsegmental bahasa.
Dari beberapa pendapat Yang relative
penting berkaitan dengan wacana ialh definisi yang dikemukakan oleh cook,
wacana adalah suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan
maupun tulisan.
Ø Wacana dan Fungsi Bahasa dalam Komunikasi
Wacana
dengan unit konversasi memerlukan unsur komunikasi yang berupa sumber
(pembicara dan penulis) dan penerima (pendengar dan pembaca). Semua unsur
komunikasi berhubungan dengan fungsi bahasa (Djajasudarma, 1994:15).
Fungsi bahasa meliputi:
(1) Fungsi ekspresif yang menghasilkan jenis
wacana berdasarkan pemaparan secara ekspositoris.
(2) Fungsi fatik (pembuka
konversasi) yang menghasilkan dialog pembuka,
(3) Fungsi estetik, yang menyangkut
unsur pesan sebagai unsur komunikasi,
(4) Fungsi direktif yang berhubungan
dengan pembaca atau pendengar sebagai penerima isi wacana secara langsung dari
sumber.
Ø Wacana dan Pragmatik
Pragmatik
berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks. Dalam hal ini dapat
dibedakan tiga hal yang selalu berhubungan yaitu sintaksis, semantik dan
pragmatik. Sintaksis merupakan hubungan antar unsur, semantik adalah makna,
baik dari setiap unsur maupun makna antar hubungan (pertimbangan makan leksikal
dan gramatikal), dan pragmatik berhubungan dengan hasil ujaran (pembicara dan
pendengar atau penulis dan pembaca)
Ø Hubungan Gramatikal dan Semantik dalam Wacana
Hubungan
antarproposisi yang terdapat pada wacana (kalimat) dapat dipertimbangkan dari
segi gramatikal (memiliki hubungan gramatikal) dan dari segi semantik (hubungan
makna dalam setiap proposisi)
v Hubungan Gramatikal
Unsur-unsur gramatikal yang
mendukung wacana dapat berupa.
a) Unsur yang berfungsi sebagai
konjungsi (penghubung) kalimat atau satuan yang lebih besar, seperti dengan
demikian, maka itu, sebabnya, dan misalnya.
b) Unsur kosong yang dilesapkan
mengulangi apa yang telah diungkapkan pada bagian terdahulu (yang lain)
misalnya: Pekerjaanku salah melulu, yang benar rupanya yang terbawa
arus.
c) Kesejajaran antarbagian,
misalnya: Orang mujur belum tentu jujur. Orang jujur belum tentu mujur.
d) Referensi, baik endofora
(anafora dan katafora) maupun eksofora. Referensi (acuan) meliputi persona,
demonstratif, dan komparatif.
e) Kohesi leksikal
Kohesi leksikal dapat terjadi
melalui diksi (pilihan kata) yang memiliki hubungan tertentu dengan kata yang
digunakan terdahulu. Kohesi leksikal dapat berupa pengulangan, sinonimi dan
hiponimi, serta kolokasi.
f) Konjungsi
Konjungsi merupakan unsur yang
menghubungkan konjoin (klausa/kalimat) di dalam wacana.
2. 2 KARAKTERISTIK WACANA
Wacana
merupakan medium komunikasi verbal yang bisa diasumsikan dengan adanya penyapa
(pembicara dan penulis) dan pesapa (penyimak dan pembaca).
1. Ciri-ciri Wacana
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri atau karakterisitik sebuah wacana.
Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut.
- Satuan gramatikal
- Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
- Untaian kalimat-kalimat
- Memiliki hubungan proposisi
- Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
- Memiliki hubungan koherensi
- Memiliki hubungan kohesi
- Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
- Bisa transaksional juga interaksional
- Medium bisa lisan maupun tulis
- Sesuai dengan konteks
Syamsuddin
(1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai berikut.
1. Wacana dapat berupa rangkaian
kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak tutur
2. Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
3. Penyajian teratur, sistematis,
koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
4. Memiliki satu kesatuan misi dalam
rangkaian itu
5. Dibentuk oleh unsur segmental dan
nonsegmental
2. Unsur Pembentuk Wacana
Wacana
berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur
ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi
sosial (konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan
paragraf).
-
Konteks dan Ko-teks
Wacana
merupakan bangunan semantis yang terbentuk dari hubungan semantis antarsatuan
bahasa secara padu dan terikat pada konteks. Ada bermacam-macam konteks dalam
wacana. Wacana lisan merupakan kesatuan bahasa yang terikat dengan konteks
situasi penuturnya. Konteks bagi bahasa (kalimat) dalam wacana tulis adalah
kalimat lain yang sebelum dan sesudahnya, yang sering disebut ko-teks.
-
Teks
Fairdough (dalam Eriyanto, 2008:289)
melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan
bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antarobjek
didefinisikan. Setiap teks pada dasarnya, menurut Firdough dapat diuraikan dan
dianalisis dari ketiga unsur tersebut.
2.3 .JENIS-JENIS WACANA BAHASA
INDONESIA
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi empat yaitu sbb:
1.Wacana Narasi
Narasi
adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa.
Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.Unsur-unsur
penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta
latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
2.Wacana Deskripsi
2.Wacana Deskripsi
Deskripsi
adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulisnya.Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi
pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.Dilihat dari
sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi
Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
3.Wacana Eksposisi
3.Wacana Eksposisi
Karangan
eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas
pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya
ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau
penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek
pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data
atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi
karangan
4.Wacana Argumentasi
Karangan
argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap
suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan
yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan
kebenaran pendapat pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu
menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan,
mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang
mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi
karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
Jenis- jenis Wacana menurut para ahli
Menurut pendapat Leech (1974, dalam Kushartanti dan Lauder,
2008:91) tentang fungsi bahasa, wacana dapat diklasifikasi sebagai berikut.
1.
Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis
sebagai sarana ekspresif, seperti wacana pidato.
2.
Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar
komunikasi, seperti wacana perkenalan dalam pesta.
3.
Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi,
seperti wacana berita dalam media massa.
4.
Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan
keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
5.
Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari
mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
Menurut
Djajasudarma (1994:6), jenis wacana dapat dikaji dari segi eksistensinya
(realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian.
a.
Realitas Wacana
Realitas
wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal.
Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan)
dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal
atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa
(rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna)
b. Media Komunikasi Wacana
Wujud
wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis.
Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan
atau dialog lengkap dan penggalan percakapan.
c. Pemaparan Wacana
Pemaparan
wacana sama dengan tinjauan isi, cara penyusunan, dan sifatnya. Berdasarkan
pemaparan, wacana meliputi naratif, prosedural, hortatori, ekspositori, dan deskriptif.
d. Jenis Pemakaian Wacana
Jenis
pemakaian wacana berwujud monolog, dialog, dan polilog. Wacana monolog
merupakan wacana yang tidak melibatkan bentuk tutur percakapan atau pembicaraan
antara dua pihak yang berkepentingan. Wacana yang berwujud dialog berupa
percakapan atau pembicaraan antara dua pihak. Wacana polilog melibatkan
partisipan pembicaraan di dalam konservasi.
Caesars Entertainment Inc. - DrmCd
BalasHapusResults 1 - 16 of 2746 — Get Caesars 전주 출장샵 Entertainment Inc. (NASDAQ: 계룡 출장샵 CHEAP) real-time stock quotes, news, 청주 출장안마 price and other 나주 출장샵 vital information to 군산 출장샵 help you